Di desa Kedungrejo tepatnya di kawasan Kedungboto
dan Pasar Sayur biasanya sering diadakan kesenian Jaranan/Kuda Lumping. Kuda
lumping yang dipertunjukkan disini terkenal dengan gaya bermainnya yang keras.
Bagi warga desa Kedungrejo Kesenian ini sangatlah
menghibur dan sangat banyak yang menonton. Mereka sangat menyukai kesenian yang
merupakan kesenian peninggalan dari Kerajaan Singosari pada masa kepemimpinan
Raja Anusopati.
Hal ini dikarenakan kesenian ini sangat memacu adrenalin. Tidak
seperti kuda lumping kebanyakan, kesenian ini memiliki gaya permainan keras (kereng/bahasa
Jawa) yang menyuguhkan gerak seni kalap dengan gerakan yang lincah yang
disertai dengan caplokan (yakni kayu berbentuk kepala hewan yang dapat dibuka
tutupkan bagian mulutnya). Apabila anda sedang menyaksikan pertunjukan ini ada
baiknya anda tidak bersiul, karena hal itu dilarang. Hal ini dikarenakan
apabila sang pemain yang sedang kalap tersebut mendengar suara siulan maka dia
akan marah dan mengejar si pelaku dengan membawa caplokannya. Akan tetapi
pemain lain akan mengawalnya sehingga keadaan akan tetap aman dan tidak tidak
sampai terjadi peristiwa pemukulan. Akan tetapi meskipun dilarang, banyak dari
pononton yang bersiul sehingga suasana kalapan semakin sakral dan menegangkan.
"Pada saat penonton bersiul, maka sang pemain yang kalap akan marah dan berusaha mengejar para penonton, meskipun suasananya menegangkan tetap banyak penonton yang bersiul. Rasanya itu ya wedi-wedi ya seneng (ya takut, ya senang)",tutur Bapak Hermanto selaku perangkat Desa Kedungrejo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar